Puisi terakhir Soe Hok Gie tentang beruntungnya seorang yang mati muda. Persis seperti dirinya yang mati di usia yang terbilang masih muda. Dan yang tersial adalah berumur tua Berbahagialah mereka yang mati muda Makhluk kecil Kembalilah dari tiada ke tiada Berbahagialah dalam ketiadaan mu Rest In Peace . Soe Hok Gie. Berbahagialah
Gunung pun menjadi tempat perenungan pribadi bagi Soe Hok Gie. Tak jarang perenungan-perenungan itu diejawantahkannya dalam berbait-bait puisi. Salah satu puisi hasil perenungannya yang begitu romantik berjudul Mandalawangi-Pangrango yang dia tulis pada 19 Juli 1966, ketika demonstrasi-demonstrasi mahasiswa menentang Presiden Sukarno sedang
Soe Hok Gie dalam puisi terakhirnya sebelum meninggal diatas puncak semeru menuliskan sebuah puisi yang berjudul Cinta, didalam puisi itu ada sebuah kalimat yang diambilnya dari seorang filsuf Yunani, yaitu sebagai berikut: Nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkan Kedua dilahirkan namun mati muda Dan yang tersial adalah berumur tua
nasib terbaik adalah tidak pernah dilahirkanyang kedua adalah mati mudadan yang paling sial adalah mati di usia tuaberuntunglah mereka yang mati muda.puisi i
(Puisi Gie) ada orang yang menghabiskan waktunya berziarah ke mekkah Soe Hok GIe. 01-04-1969. Label: puisi-puisi Soe HOk Gie. "Seorang filsuf Yunani pernah menulis … nasib terbaik adalah tidak dilahirkan, yang kedua dilahirkan tapi mati muda, dan yang tersial adalah umur tua. Rasa-rasanya memang begitu. Bahagialah mereka yang mati
Soe Hok Gie. (Foto: Wikipedia) A A A. JAKARTA - Soe Hok Gie adalah seorang tokoh yang menjadi inpirasi pergerakan mahasiswa, yang kisahnya masih menjadi inspirasi bahkan beberapa dekade setelah kematiannya di usia 27 tahun pada 1969. Lahir di Kebon Jeruk, Jakarta, 17 Desember 1942, Soe Hok Gie dibesarkan di rumah kecil bersama orangtuanya.
Lb5o5aR. 328 499 319 160 223 362 227 409 457
puisi soe hok gie mati muda